Siapapun di dunia
ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga
dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan
semakin berharga suatu benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Tapi ada pula orang
yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa
hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik
dari ALLOH yang Mahaagung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang
perlu kita jaga mati-matian. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu
melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah
sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu
supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika mencari uang untuk nafkah
keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi
tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai
sebuah barang berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula ketika
menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam
rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan seharusnya acara mencari
nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber
hidayah dari ALLOH SWT.
Demikianlah ALLOH Azza
wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar
senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah
dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di
malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir
kita.
***
Suatu waktu ada
seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam (muallaf). Dan ternyata
keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini, sehingga ibunya mengusirnya dari
rumah. Kejadiannya ketika menjelang jam lima
sore telepon berdering, suara diujung sana
bicara dengan terbata-bata, "Aa, aa tolong a tolong…!" Belum selesai
bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga
jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya
tidak diketahui dimana menelponnya? Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui
pasti adalah ALLOH Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan
Mahakokoh dalam melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah, "illabiidznillah"
tanpa ijin ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH pula.
Usai hubungan
telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan!? Karena yang terbayang
di benak saat itu adalah justru si anak dianiaya, teleponnya direbut atau
kabelnya diputuskan. Terbayang pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama
semula oleh orang tuanya atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat
pula akan Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa
sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah
keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang
Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya, kita lihat
bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia, dijemur diterik
matahari, dibawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat,
tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "ALLOH, ALLOH, ALLOH".
Demikianlah jikalau
ALLOH telah menghunjamkan karunia hidayahnya, tidak ada seorangpun yang bisa
melepaskannya. Begitupun dengan si anak dalam kejadian ini, setelah teleponnya
diputus oleh ibunya, ternyata benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek
jilbabnya. Hanya kemudian dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya
dan dengan hati pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang
melepaskan dari setiap kesempitan.
Mudah-mudahan
kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan ALLOH Azza
wa Jalla. Betapapun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah
satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si penganiaya
pun adalah makhluk dalam genggaman ALLOH. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan
tangan, atau bahkan tendangan kakinya, kecuali tenaganya karunia dari ALLOH.
Tidak ada satupun darah yang menetes, kecuali dengan ijin ALLOH.
Karenanya
mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa diatas adalah salah
satu cara bagaimana ALLOH menanamkan keyakinan kepadanya. Karenanya walaupun
tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan
pertolongan. Memang, terkadang kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat
kedudukan disisi ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan
terlebih dulu.
***
ALLOH SWT dalam hal
ini berfirman, "Dan orang yang dipimpin ALLOH, maka tiadalah orang yang
akan menyesatkannya" (Q.S. Az Zumar [39]:37).
"Dan siapa yang
disesatkan oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat menujukinya" (Q.S. Ar
Ra’du [13]:33).
"Siapa yang
diberi petunjuk (hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang mendapat petunjuk hidayah,
dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung
atau pemimpin untuknya" (Q.S. .
"Sesungguhnya
ALLOH membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya." (Q.S. Al Fathir [35]: 8).
Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang
terkenal Al Hikam memaparkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman,
keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke
hadirat ALLOH serta menerima segala rahasia daripada-Nya.
Nur (cahaya terang) itu
sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu
hawa nafsu. Maka apabila ALLOH akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan
tentara nur Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan"
Nur cahaya terang
berupa tauhiid, iman dan keyakinan itu sebagai tentara pembela pembantu hati,
sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu,
sedang perang yang terjadi antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu
menang dan kalah.
Lebih lanjut beliau
berujar, "Nur itulah yang menerangi (membuka) dan bashirah
(matahati) itulah yang menentukan hukum, dan hati yang melaksanakan atau
meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan buruk, lalu dengan
matahatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka matahatinya yang
melaksanakan atau menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza wa Jalla
mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga menjadi
terang jalan hidup ini, subhanallah. ***
Komentar
Posting Komentar